Jumat, 03 Februari 2017

laporan praktikum kimia analaitk kromatografi kertas



BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN


1.1     PRINSIP PERCOBAAN                             

Berdasarkan partisi atau distribusi komponen

I.2     TUJUAN PERCOBAAN

            Untuk memisahkan Campuran

BAB II

TEORI PENUNJANG


2.1     KROMATOGRAFI

Kromatografi ditemukan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani di University Warsawa (Polandia), pada tahun 1906. Kata kromatografi berasal dari pada perkataan Yunani "warna" dan "tulis." Kromatografi adalah metode yang digunakan untuk memisahkan komponen dalam sampel, dimana komponen tersebut didistribusikan diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam berupa padatan atau cair yang dilapiskan pada padatan atau gel. Pada pemisahan ini senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan dalam sistem yang bergerak mengalir melalui suatu sistem yang diam, dan selama pengaliran fasa gerak akan terjadi pelarutan, adsorpsi dan penguapan. Pada prinsipnya semua cara pemisahan kromatografi mengalami proses yang sama yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang akan dipisahkan (Mulja, 1995). Perbedaaan sifat tersebut di antaranya :
·         Kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut
·         Sifat untuk bertaut (adsorpsi) yang berbeda satu sama lain dengan suatu serbuk bahan padat
·         Sifat dapat menguap pada temperatur yang berbeda satu sama lain
Berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu :
1.      Kromatografi dengan asas adsorpsi
Kromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan komponen-komponennya akan sangat bergantung pada   perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan dipisahkan.
2.      Kromatografi dengan asas partisi
Kromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul yang dipisahkan.
3.      Kromatografi dengan asas filtrasi
Kromatografi jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat tersebut dimiliki oleh gel atau sejenisnya sedangkan fasa geraknya adalah cairan. Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk (struktur dan ukuran molekul).
4.      Kromatografi dengan asas suhu kritik.
Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil dipakai CO2 dalam keadaan superkritik.
Secara teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi keseimbangan yang baik antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh permukaan fase diam yang luas, maka penjerap atau fase diam harus berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak cepat melalui fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan tekanan tinggi. Persyaratan tersebut menghasilkan teknik high pressure liquid chromatography, yang selanjutnya lebih dikenal sebagai high performance liquid chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al., 1991).


2.2     KOMATOGRAFI KERTAS

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Bisa menggunakan: air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai Rf, masing-masing asam amino diidentifikasi.

2.3     JENIS KROMATOGRAFI KERTAS

1.      Kromatografi kertas satu arah
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
2.      Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.
Sangat menarik untuk mencoba menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas. Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas.
Kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.

2.4       KOMPONEN UTAMA DALAM ROMATOGRAFI

1.      Fase Gerak 
Fase gerak atau Eluen biasanya merupakan campuran yang terdiri dari pelarut organik sebagai eluen utama, air dan berbagai tambahan seperti asam, basa, atau pereaksi kompleks, untuk memperbesar kelarutan dari beberapa komponen dan untuk mengurangi kelarutan komponen lainnya. Idealnya eluen tidak mengandung air dan terdiri dari cairan yang tidak campur dengan air, karena air merupakan komponen dari fase diam. Namun dalam praktek seringkali air digunakan sebagai salah satu komponen campuran eluen, dengan pertimbangan bahwa air yang berperan sebagai fase diam telah terikat kuat pada selulosa kertas melalui hidrogen bonding.
Contoh cara pemilihan fase gerak :
Senyawa organik polar akan lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat cair organik. Oleh karena itu gerakan komponen akan lambat jika digunakan pelarut anhidrida, namun penambahan air pada pelarut akan menyebabkan komponen-komponen untuk bergerak. Oleh karena itu n-butanol bukan merupakan pelarut untuk asam amino jika tidak dijenuhkan dengan air. Selain itu, penambahan asam cuka disertai dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi baik, karena menaikkan kelarutan asam amino terutama yang bersifat basa. 
Campuran ketiga pelarut tersebut sangat baik digunakan untuk pemisahan asam amino. Banyak senyawa polar lain yang memiliki karakteristik kelarutan yang mirip asam amino, seperti indol, guanidin dan fenol, sehingga dapat dipisahkan menggunakan campuran tersebut.
2.      Fasa Diam 
Penyiapan kertas sebagai pendukung fase diam. Kertas yang digunakan dalam kromatografi kertas adalah kertas berpori dari selulosa murni, memiliki afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen. Bersifat reduktor sedang, dan bereaksi dengan oksidator bila kontak dalam waktu yang lama. Oleh karena itu pereaksi yang korosif seperti H2SO4 pekat tidak dapat digunakan sebagai spray reagent. Kertas yang banyak digunakan hingga sekarang adalah kertas saring Whatmann No.1. Meskipun demikian jenis kertas Whatmann dengan berbagai nomor pun banyak digunakan, dimana semuanya dibuat dengan kemurnian yang tinggi dan tebal yang merata.
Sekalipun berperan sebagai suport / penyokong / penyangga, namun kertas juga memberikan efek-efek serapan yang disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil sehingga kertas memiliki afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen. Selain itu sejumlah kecil gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan efek pertukaran ion. Dengan demikian kertas memiliki pengaruh terhadap kecepatan alir eluen. Penurunan kerapatan dan kenaikkan ketebalan kertas akan menaikkan kecepatan alir eluen.
Kertas Whatmann no. 1 termasuk dalam kelompok medium sehingga memiliki karakter medium flow rate. Kertas yang lebih tebal seperti Whatmann No. 3 atau 3 MM digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung cuplikan lebih banyak tanpa menambah area noda awal. Sedangkan untuk penggunaan umum biasanya digunakan yang medium flow rate.
Kertas tersedia dalam berbagai standar lembaran, bulatan, gulungan dan dalam bentuk tertentu. Kertas harus disimpan di tempat yang jauh dari sumbar uap, terutama amonia yang memiliki afinitas tertinggi terhadap selulosa, jangan disimpan di tempat yang memiliki perubahan kelembaban yang tinggi, dan tidak boleh tersentuh oleh zat-zat yang tidak dikehendaki. Jika dikehendaki pemisahan dengan sistem fase terbalik maka kertas dapat dilapisi dengan senyawa hidrofobik, seperti lateks dari karet, minyak mineral, minyak silikon, dengan pelarut polar sebagai eluen. Kondisi tersebut sesuai untuk pemisahan asam-asam lemak atau senyawa nonpolar yang bergerak terlalu cepat karena sulit terpartisi pada fase diam polar.
3.      Kromatogram
Kromatogram merupakan hasil pemisahan zat oleh elusi pada kromatografi kertas berupa bercak yang menunjukan ” letak ” zat. Tiap kromatogram menghasilkan suatu jarak ynag ditempuh oleh zat yang bersangkutan dititik awal yang disebut dengan nilai Rf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Rf antara lain : 
1.      Jenis dan mutu kertas, daya serap, dan kelembaban. 
2.      Susunan pelarut, meliputi : 
·         Kemurnian pelarut 
·         Stabilitas campuran pelarut selama pemakain dan penyimpanan 
·         Temperatur ruang 
·         Kelembaban ruang 
·         Kejenuhan ruang akan uap pelarut 
·         Konsentrasi (banyaknya) zat 
·         Jarak bercak awal (tempat penetesan zat) kepermukaan pelarut 
·         Adanya zat lain atau pencemaran
Contoh Kromatogram
Keuntungan Analisa Dengan Metode Kromatografi Kertas
Analisa dengan metode kromatografi kertas memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :
Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti atau mahal.
Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana.
Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan secara terpisah.

2.5     KEGUNAAN KROMATOGRAFI KERTAS

Kromatografi kertas dapat digunakan untuk keperluan identifikasi (analisa kualitatif, seperti untuk analisa tinta), penetapan kadar zat (analisa kuantitatif), pemurnian senyawa (pekerjaan preparatif), untuk menganalisa asam-asam amino yang terdapat dalam suatu protein.
·         Prosedur Umum Pengarjaan Kromatografi Kertas
Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan 3 tahap, yaitu :
a.       Penotolan cuplikan
b.      Tahap pengembangan
c.       Identifikasi atau penampakan noda
Pada tahap penotolan cuplikan, perrtama-tama siapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu . Dibuat garis awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan menggunakan pensil ( karena pensil terdiri dari satu komponen yaitu kabon sehingga tidak mengganggu migrasi dan pemisahan komponen sampel). Selanjutnya totolkan larutan cuplikan dengan menggunakan mikropipet atau pipa kapiler pada garis awal tadi, kemudian keringkan.
Pada tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram dekat garis awal berisi totolan cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut ( eluen ) yang terdapat di dalm bejana kromatografi . Pencelupan diusahakan tidak merendam totolan cuplikan atau garis awal. Biarkan eluen merembes melalui totolan cuplikan. Komponen-komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen cuplikan dalam eluen akan mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-komponen dalam kertas juga berbeda. Perbedaan kecepatan bergerak komponen-komponen ini lebih umum disebut migrasi diferensial. Hasil pemisahan akan nampak sebagai noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal. Noda-noda ini selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Perembesan eluen dihentikan setelah eluen hamper mencapai ujung kertas. Pekerjaan selanjutnya adalah member tanda batas gerakan eluen, dan kemudian kertas diangkat dari cairan pengelusi untuk seterusnya dikeringkan.
Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf nya. Besaran ini (kependekan dari rate of flow) menyatakan derajat retensi atau factor refensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak). Rf = jarak yang ditempuh komponen/jarak yang ditempuh eluen. Setiap komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri.
Bila noda tidak berwarna dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·         Menyemprot kertas dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat, ammonium sulfide dll.
·         Menyinari kertas dengan sinar ultraviolet
·         Mendedahkan kertas pada uap iodium
·         Menentukan harga Rf nya
Metode Kromatografi Kertas Berdasarkan Kedudukan Kertas
Ada 3 macam metoda kromatografi berdasarkan kedudukan kertas, yaitu : 
1.      Metoda penurunan (descending) 
Alat yang pokok berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam anti karat serta bertutup untuk mencegah penguapan dari pelarut. Agar kertas tidak lepas maka diberi penahan dari batang gelas.
Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak. Pertama kali fase gerak mengalir oleh gaya kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya disebabkan oleh gaya gravitasi. 
2.      Metode penaikan (ascending) 
Kertas dicelupkan dalam fase gerak dan sampel tidak terendam. Fase gerak akan naik melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler. Biasanya perambatan pelan dan makin lama menurun karena gaya berat. 
3.      Metode mendatar (horisontal) 
Noda dicelupkan ditempatkan pada pusat dari kertas (umumnya kertas saring berbentuk bulat) yang diberi sumbu. Aliran pelarut disebabkan oleh gaya kapiler. Kertas diletakan secara horizontal sehingga sumbu tercerlup pada fase gerak. Selanjutnya fase gerak bergerak ke arah tepi kertas sambil membawa komponen-komponen campuran. 
Bercak-bercak yang terjadi berupa garis lengkung dengan diameter makin panjang bila bercak makin ke tepi. 

2.6     KEKURANGAN ANALISA DENGAN METODE KROMATOGRAFI KERTAS

Analisa dengan metode kromatografi kertas memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :
·         Banyaknya masalah yang menyangkut cara memasukkan fase gerak, perambatan fase gerak melalui kertas, dan penggumpalan. 
·         Lebih lama karena panjang kertas bisa sampai 50 cm.
·         Aplikasi Metode Kromatografi Kertas Dalam Bidang Farmasi 
·         Dalam bidang farmasi kromatografi mempunyai peran yang sangat besar. Misalnya dalam penetuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih karena ia sering menjadi objek molekul yang harus di-prified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam biofarmasi. 
Kromatografi juga diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, vitamin dan molekul penting lainnya.

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN


3.1     CARA KERJA

1.      Siapkan 3 macam pelarut yaitu 10 ml amil alcohol, 10 ml etanol 95%, 10 ml amoniak 2 M tuangkan kedalam beaker glass 300 ml dan tutup dengan kaca arloji. Biarkan selama 30 menit agar atmosfer dalam beaker glass menjadi jenuh oleh uap pelarut untuk meningkatkan daya pelarut.
2.      Siapkan kertas saring yang telah dipotong persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 10 cm kemudian buatlah garis dengan pensil dari ujung atas dan ujung bawah masing-masing 2 cm.
3.      Totolkan sampel pada garis ujung bawah dengn pipa kapiler, biarkan mengering kemudian totolkan sampel sekali lagi.
4.      Masukkan kertas saring meniscus pelarut berada dibawah garis noda, tutup beaker glass, biarkan pelarut bergerak keatas sepanjang kertas saring, jangan biarkan pelarut mencapai ujung kertas.
5.      Keluarkan kertas saring jika pelarut hendak mendekati ujung kertas.
6.      Hitung Rf dari masing-masing komponen.

3.2     ALAT YANG DIGUNAKAN



1.      Benang kasur
2.      Gelas kimia 100 ml
3.      Gelas ukur 20 ml
4.      Kaca arloji
5.      Labu erlenmeyer bertutup asah
6.      Penggaris 
7.      Pensil 
8.      Pipa kapiler
9.      Pipet tetes
10.  Spatulla 

3.3     BAHAN YANG DIGUNAKAN

1.      Amil alkohol
2.      Amoniak 2M
3.      Aquadest 
4.      Etanol 95%
5.      Kertas saring
6.      Serbuk Curcumi


BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


4. 1    HASIL PERCOBAAN

4.1.1        Tabel Hasil Pengamatan
NO
Warna Noda yang Terlarut
Jarak Pelarut (cm)
Jarak Noda (cm)
1
Kuning
8.4 cm
4.8 cm
2
Kuning
8.4 cm
4.1 cm
3
Kuning
8.4 cm
4.6 cm

4.2     PEMBAHASAN 

Pada praktikum kali ini yaitu percobaan dengan metode kromatografi kertas yaitu untuk memisahkan berbagai komponen yang ada dalam suatu sampel. Sampel yang digunakan yaitu kunyit (Curcuma domestica). Kertas yang digunakan adalah kertas saring yang dipotong persegi panjang (10 cm × 3 cm), dan pelarut yang dipergunakan adalah 10 ml amyl alcohol, 10 ml etanol 95% dan 10 ml amoniak 2M. Sebelum noda sampel diteteskan, terlebih dahulu kertas saring diberi garis dengan menggunakan pensil untuk membuat jarak antara noda dengan pelarut dibawahnya, dan yang kedua adalah membuat tanda untuk meneteskan sampel yang berjarak ± 2 cm. Pada saat praktikum penetesan sampel dilakukan menggunakan pipa kapiler, saat penetesan noda sampel, fasa diam berada dalam posisi mendatar dan noda dibiarkan mengering  terlebih dahulu sebelum dimasukan kedalam beaker glass.
Penetesan noda yang terlalu banyak harus dihindari, karena kelebihan setiap komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi selama ia bergerak, hingga ia akan mengakibatkan terjadinya kedudukan atau lokasi yang kabur.
Setelah noda sampel mengering, kertas dimasukan ke dalam beaker glass sudah jenuh dengan fasa gerak (pelarut), kertas saring berisi noda yang sudah kering tersebut diposisikan tegak berdiri dan bagian bawahnya terbenam dalam pelarut. Metoda yang dipakai dalam kromatografi kertas ini adalah metoda penaikan, yaitu kertas dicelupkan hingga ujung di mana aliran mulai bergerak terletak sedikit di atas permukaan dari pelarut dan pelarut naik melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler.


BAB V

PENUTUP


5.1     KESIMPULAN

Pada percobaan kali ini dapat disimpulkan, bahwa Kromatografi kertas merupakan salah satu teknik pemisahan komponen dalam sampel, di mana komponen tersebut didistribusikan di antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Asas pada kromatografi kertas ini adalah asas partisi yaitu memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair.
Dari praktikum kali ini dipatkan hasil perhitungan Rf pada noda kuning yaitu pada kertas yang saring pertama yaitu 0.571 cm, kertas saring kedua 0.488 cm, kertas saring ketiga 0.548 cm.


5.2     LAMPIRAN

A.   Perhitungan-perhitungan
Rf Curcumin = Jarak tempuh Curcumin dari tempat penetesan
                             
   Jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan 
  • Perhitungan Faktor Retardasi ( Rf )
1.      Rf = 4.8 / 8.4 = 0.571cm
2.      Rf = 4.1 / 8.4 = 0.488 cm
3.      Rf = 4.6 / 8.4 = 0.548 cm
B.   Foto hasil praktikum
                                  

              


DAFTAR PUSTAKA


Rahmania, Inti S.Si .2008. Modul Praktikum Kimia Analitik. Universitas Al-Ghifari. Bandung.
Underwood A.L dan R.A Day, Jr. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2010.     
Hidayat, Nur dan Anis Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana
Khopkar S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 2010.
Handayana, Sumar. Kimia Pemisahan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. 2005.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar