BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN
1.1 PRINSIP
PERCOBAAN
Berdasarkan
partisi atau distribusi komponen
I.2 TUJUAN
PERCOBAAN
Untuk
memisahkan Campuran
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 KROMATOGRAFI
Kromatografi
ditemukan oleh Michael Tswett,
seorang ahli botani di University Warsawa (Polandia), pada
tahun 1906. Kata kromatografi
berasal dari pada perkataan Yunani "warna"
dan "tulis." Kromatografi adalah metode yang digunakan untuk
memisahkan komponen dalam sampel, dimana komponen tersebut didistribusikan
diantara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam berupa padatan atau
cair yang dilapiskan pada padatan atau gel. Pada pemisahan ini senyawa-senyawa
yang akan dipisahkan ditempatkan dalam sistem yang bergerak mengalir melalui
suatu sistem yang diam, dan selama pengaliran fasa gerak akan terjadi
pelarutan, adsorpsi dan penguapan. Pada prinsipnya semua cara pemisahan
kromatografi mengalami proses yang sama yaitu adanya distribusi
komponen-komponen dalam fasa diam dan fasa gerak dengan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan sifat-sifat fisik komponen yang akan dipisahkan (Mulja,
1995). Perbedaaan sifat tersebut di antaranya :
·
Kelarutan yang berbeda
terhadap suatu pelarut
·
Sifat untuk bertaut
(adsorpsi) yang berbeda satu sama lain dengan suatu serbuk bahan padat
·
Sifat dapat menguap
pada temperatur yang berbeda satu sama lain
Berdasarkan
asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Kromatografi
dengan asas adsorpsi
Kromatografi
jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan
komponen-komponennya akan sangat bergantung pada perbedaan polaritas
molekul-molekul yang akan dipisahkan.
2. Kromatografi
dengan asas partisi
Kromatografi
jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien
distribusi) molekul-molekul yang dipisahkan.
3. Kromatografi
dengan asas filtrasi
Kromatografi
jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen
yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat tersebut
dimiliki oleh gel atau sejenisnya sedangkan fasa geraknya adalah cairan.
Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk
(struktur dan ukuran molekul).
4. Kromatografi
dengan asas suhu kritik.
Pada
dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil
dipakai CO2 dalam keadaan superkritik.
Secara teori, pemisahan
kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam mempunyai luas
permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi keseimbangan yang baik antara fase
gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak
bergerak dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk
memperoleh permukaan fase diam yang luas, maka penjerap atau fase diam harus
berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak cepat melalui
fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan tekanan tinggi. Persyaratan
tersebut menghasilkan teknik high pressure liquid chromatography, yang
selanjutnya lebih dikenal sebagai high performance liquid
chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi
(Gritter et al., 1991).
2.2 KOMATOGRAFI KERTAS
Mekanisme pemisahan dengan
kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel
yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam
wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi
dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Bisa menggunakan: air,
etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan
untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino
memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak
mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah
paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi
penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence
Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda
analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi
asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses
dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak
tertentu. Dari nilai Rf, masing-masing asam amino diidentifikasi.
2.3 JENIS KROMATOGRAFI KERTAS
1. Kromatografi
kertas satu arah
Dalam
kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase
gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan
pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna
larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di
teteskan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang
berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang sesuai didalamnya.
Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder
dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian
ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah
adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap
pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap menghentikan penguapan
pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
2. Kromatografi
kertas dua arah
Kromatografi
kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi
yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari
bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar.
Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut
mendekati bagian atas kertas.
Sangat
menarik untuk mencoba menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa
berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata
lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis
dan kertas. Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan
uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan
kertas.
Kertas
sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari
molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air
merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.
2.4 KOMPONEN
UTAMA DALAM ROMATOGRAFI
1.
Fase
Gerak
Fase gerak atau Eluen biasanya merupakan
campuran yang terdiri dari pelarut organik sebagai eluen utama, air dan
berbagai tambahan seperti asam, basa, atau pereaksi kompleks, untuk memperbesar
kelarutan dari beberapa komponen dan untuk mengurangi kelarutan komponen
lainnya. Idealnya eluen tidak mengandung air dan terdiri dari cairan yang tidak
campur dengan air, karena air merupakan komponen dari fase diam. Namun dalam
praktek seringkali air digunakan sebagai salah satu komponen campuran eluen,
dengan pertimbangan bahwa air yang berperan sebagai fase diam telah terikat
kuat pada selulosa kertas melalui hidrogen bonding.
Contoh
cara pemilihan fase gerak :
Senyawa
organik polar akan lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat cair organik.
Oleh karena itu gerakan komponen akan lambat jika digunakan pelarut anhidrida,
namun penambahan air pada pelarut akan menyebabkan komponen-komponen untuk
bergerak. Oleh karena itu n-butanol bukan merupakan pelarut untuk asam amino
jika tidak dijenuhkan dengan air. Selain itu, penambahan asam cuka disertai
dengan pemberian lebih banyak air akan menjadi baik, karena menaikkan kelarutan
asam amino terutama yang bersifat basa.
Campuran
ketiga pelarut tersebut sangat baik digunakan untuk pemisahan asam amino.
Banyak senyawa polar lain yang memiliki karakteristik kelarutan yang mirip asam
amino, seperti indol, guanidin dan fenol, sehingga dapat dipisahkan menggunakan
campuran tersebut.
2.
Fasa
Diam
Penyiapan kertas sebagai pendukung fase
diam. Kertas yang digunakan
dalam kromatografi kertas adalah kertas berpori dari selulosa murni, memiliki
afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan
hidrogen. Bersifat reduktor sedang, dan bereaksi dengan oksidator bila kontak
dalam waktu yang lama. Oleh karena itu pereaksi yang korosif seperti H2SO4
pekat tidak dapat digunakan sebagai spray reagent. Kertas yang banyak digunakan
hingga sekarang adalah kertas saring Whatmann No.1. Meskipun demikian jenis
kertas Whatmann dengan berbagai nomor pun banyak digunakan, dimana semuanya
dibuat dengan kemurnian yang tinggi dan tebal yang merata.
Sekalipun berperan sebagai suport /
penyokong / penyangga, namun kertas juga memberikan efek-efek serapan yang
disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus hidroksil sehingga kertas memiliki
afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lain dengan membentuk ikatan
hidrogen. Selain itu sejumlah kecil gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan
efek pertukaran ion. Dengan demikian kertas memiliki pengaruh terhadap
kecepatan alir eluen. Penurunan kerapatan dan kenaikkan ketebalan kertas akan
menaikkan kecepatan alir eluen.
Kertas Whatmann no. 1 termasuk dalam kelompok medium sehingga memiliki karakter medium flow rate. Kertas yang lebih tebal seperti Whatmann No. 3 atau 3 MM digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung cuplikan lebih banyak tanpa menambah area noda awal. Sedangkan untuk penggunaan umum biasanya digunakan yang medium flow rate.
Kertas Whatmann no. 1 termasuk dalam kelompok medium sehingga memiliki karakter medium flow rate. Kertas yang lebih tebal seperti Whatmann No. 3 atau 3 MM digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung cuplikan lebih banyak tanpa menambah area noda awal. Sedangkan untuk penggunaan umum biasanya digunakan yang medium flow rate.
Kertas tersedia dalam berbagai standar
lembaran, bulatan, gulungan dan dalam bentuk tertentu. Kertas harus disimpan di
tempat yang jauh dari sumbar uap, terutama amonia yang memiliki afinitas
tertinggi terhadap selulosa, jangan disimpan di tempat yang memiliki perubahan
kelembaban yang tinggi, dan tidak boleh tersentuh oleh zat-zat yang tidak
dikehendaki. Jika dikehendaki pemisahan dengan sistem fase terbalik maka kertas
dapat dilapisi dengan senyawa hidrofobik, seperti lateks dari karet, minyak
mineral, minyak silikon, dengan pelarut polar sebagai eluen. Kondisi tersebut
sesuai untuk pemisahan asam-asam lemak atau senyawa nonpolar yang bergerak
terlalu cepat karena sulit terpartisi pada fase diam polar.
3. Kromatogram
Kromatogram merupakan hasil pemisahan
zat oleh elusi pada kromatografi kertas berupa bercak yang menunjukan ” letak ”
zat. Tiap kromatogram menghasilkan suatu jarak ynag ditempuh oleh zat yang
bersangkutan dititik awal yang disebut dengan nilai Rf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Rf antara lain :
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Rf antara lain :
1.
Jenis dan mutu kertas,
daya serap, dan kelembaban.
2.
Susunan pelarut,
meliputi :
·
Kemurnian pelarut
·
Stabilitas campuran
pelarut selama pemakain dan penyimpanan
·
Temperatur ruang
·
Kelembaban ruang
·
Kejenuhan ruang akan
uap pelarut
·
Konsentrasi (banyaknya)
zat
·
Jarak bercak awal
(tempat penetesan zat) kepermukaan pelarut
·
Adanya zat lain atau
pencemaran
Contoh
Kromatogram
Keuntungan
Analisa Dengan Metode Kromatografi Kertas
Analisa
dengan metode kromatografi kertas memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :
Pada
kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti
atau mahal.
Hasil-hasil
yang baik dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat
sederhana.
Senyawa-senyawa
yang terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera
diidentifikasikan. Bahkan jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan
dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong-motongnya, kemudian dilarutkan
secara terpisah.
2.5 KEGUNAAN KROMATOGRAFI
KERTAS
Kromatografi kertas dapat digunakan
untuk keperluan identifikasi (analisa kualitatif, seperti untuk analisa tinta),
penetapan kadar zat (analisa kuantitatif), pemurnian senyawa (pekerjaan
preparatif), untuk menganalisa asam-asam amino yang terdapat dalam suatu
protein.
·
Prosedur Umum
Pengarjaan Kromatografi Kertas
Secara
umum kromatografi kertas dilakukan dengan 3 tahap, yaitu :
a. Penotolan
cuplikan
b. Tahap
pengembangan
c. Identifikasi
atau penampakan noda
Pada
tahap penotolan cuplikan, perrtama-tama siapkan kertas kromatografi dengan
ukuran tertentu . Dibuat garis awal dengan jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung
kertas dengan menggunakan pensil ( karena pensil terdiri dari satu komponen
yaitu kabon sehingga tidak mengganggu migrasi dan pemisahan komponen sampel).
Selanjutnya totolkan larutan cuplikan dengan menggunakan mikropipet atau pipa
kapiler pada garis awal tadi, kemudian keringkan.
Pada
tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram dekat garis awal berisi totolan
cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut ( eluen ) yang terdapat di dalm bejana
kromatografi . Pencelupan diusahakan tidak merendam totolan cuplikan atau garis
awal. Biarkan eluen merembes melalui totolan cuplikan. Komponen-komponen
cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen
cuplikan dalam eluen akan mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-komponen
dalam kertas juga berbeda. Perbedaan kecepatan bergerak komponen-komponen ini
lebih umum disebut migrasi diferensial. Hasil pemisahan akan nampak sebagai
noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis awal.
Noda-noda ini selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Perembesan eluen
dihentikan setelah eluen hamper mencapai ujung kertas. Pekerjaan selanjutnya
adalah member tanda batas gerakan eluen, dan kemudian kertas diangkat dari
cairan pengelusi untuk seterusnya dikeringkan.
Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf nya. Besaran ini (kependekan dari rate of flow) menyatakan derajat retensi atau factor refensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak). Rf = jarak yang ditempuh komponen/jarak yang ditempuh eluen. Setiap komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri.
Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf nya. Besaran ini (kependekan dari rate of flow) menyatakan derajat retensi atau factor refensi. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen (fasa gerak). Rf = jarak yang ditempuh komponen/jarak yang ditempuh eluen. Setiap komponen mempunyai harga Rf sendiri-sendiri.
Bila
noda tidak berwarna dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·
Menyemprot kertas
dengan pereaksi penimbul warna seperti ditizon, ninhidrin, kalium kromat,
ammonium sulfide dll.
·
Menyinari kertas dengan
sinar ultraviolet
·
Mendedahkan kertas pada
uap iodium
·
Menentukan harga Rf nya
Metode
Kromatografi Kertas Berdasarkan Kedudukan Kertas
Ada 3 macam metoda kromatografi berdasarkan kedudukan kertas, yaitu :
Ada 3 macam metoda kromatografi berdasarkan kedudukan kertas, yaitu :
1. Metoda
penurunan (descending)
Alat yang pokok berupa
bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam anti karat serta bertutup
untuk mencegah penguapan dari pelarut. Agar kertas tidak lepas maka diberi
penahan dari batang gelas.
Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak. Pertama kali fase gerak mengalir oleh gaya kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya disebabkan oleh gaya gravitasi.
Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak. Pertama kali fase gerak mengalir oleh gaya kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya disebabkan oleh gaya gravitasi.
2. Metode
penaikan (ascending)
Kertas dicelupkan dalam
fase gerak dan sampel tidak terendam. Fase gerak akan naik melalui serat-serat
dari kertas oleh gaya kapiler. Biasanya perambatan pelan dan makin lama menurun
karena gaya berat.
3. Metode
mendatar (horisontal)
Noda dicelupkan
ditempatkan pada pusat dari kertas (umumnya kertas saring berbentuk bulat) yang
diberi sumbu. Aliran pelarut disebabkan oleh gaya kapiler. Kertas diletakan
secara horizontal sehingga sumbu tercerlup pada fase gerak. Selanjutnya fase
gerak bergerak ke arah tepi kertas sambil membawa komponen-komponen
campuran.
Bercak-bercak yang
terjadi berupa garis lengkung dengan diameter makin panjang bila bercak makin
ke tepi.
2.6 KEKURANGAN
ANALISA DENGAN METODE KROMATOGRAFI KERTAS
Analisa dengan metode kromatografi
kertas memiliki beberapa kekurangan, diantaranya :
·
Banyaknya masalah yang
menyangkut cara memasukkan fase gerak, perambatan fase gerak melalui kertas,
dan penggumpalan.
·
Lebih lama karena
panjang kertas bisa sampai 50 cm.
·
Aplikasi Metode
Kromatografi Kertas Dalam Bidang Farmasi
·
Dalam bidang farmasi
kromatografi mempunyai peran yang sangat besar. Misalnya dalam
penetuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein
sering dipilih karena ia sering menjadi objek molekul yang harus di-prified
(dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam biofarmasi.
Kromatografi
juga diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam
nukleat, karbohidrat, vitamin dan molekul penting lainnya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 CARA
KERJA
1.
Siapkan 3 macam
pelarut yaitu 10 ml amil alcohol, 10 ml etanol 95%, 10 ml amoniak 2 M tuangkan kedalam beaker glass 300 ml dan tutup dengan
kaca arloji. Biarkan selama 30 menit agar
atmosfer dalam beaker glass menjadi jenuh oleh uap pelarut untuk meningkatkan
daya pelarut.
2.
Siapkan kertas saring
yang telah dipotong persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 10 cm kemudian buatlah
garis dengan pensil dari ujung atas dan ujung bawah masing-masing 2 cm.
3.
Totolkan sampel pada
garis ujung bawah dengn pipa kapiler, biarkan mengering kemudian totolkan sampel sekali lagi.
4.
Masukkan kertas saring
meniscus pelarut berada dibawah garis noda, tutup beaker glass, biarkan pelarut
bergerak keatas sepanjang kertas saring, jangan biarkan pelarut mencapai ujung
kertas.
5.
Keluarkan kertas saring
jika pelarut hendak mendekati ujung kertas.
6.
Hitung Rf dari
masing-masing komponen.
3.2 ALAT
YANG DIGUNAKAN
1. Benang
kasur
2. Gelas
kimia 100 ml
3. Gelas
ukur 20 ml
4. Kaca
arloji
5. Labu
erlenmeyer bertutup asah
6. Penggaris
7. Pensil
8. Pipa
kapiler
9. Pipet
tetes
10. Spatulla
3.3 BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Amil
alkohol
2. Amoniak
2M
3. Aquadest
4. Etanol
95%
5. Kertas
saring
6. Serbuk
Curcumi
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 HASIL
PERCOBAAN
4.1.1
Tabel Hasil
Pengamatan
NO
|
Warna Noda yang Terlarut
|
Jarak Pelarut (cm)
|
Jarak Noda (cm)
|
1
|
Kuning
|
8.4 cm
|
4.8 cm
|
2
|
Kuning
|
8.4 cm
|
4.1 cm
|
3
|
Kuning
|
8.4 cm
|
4.6 cm
|
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu percobaan dengan metode kromatografi kertas yaitu
untuk memisahkan berbagai komponen yang ada dalam suatu sampel. Sampel yang digunakan
yaitu kunyit (Curcuma domestica). Kertas yang digunakan adalah kertas saring yang
dipotong persegi panjang (10 cm × 3 cm), dan pelarut yang dipergunakan adalah
10 ml amyl alcohol, 10 ml etanol 95% dan 10 ml amoniak 2M.
Sebelum noda sampel diteteskan, terlebih dahulu
kertas saring diberi garis dengan menggunakan pensil untuk membuat jarak antara
noda dengan pelarut dibawahnya, dan yang kedua adalah membuat tanda untuk meneteskan
sampel yang berjarak ± 2 cm. Pada saat praktikum penetesan sampel dilakukan
menggunakan pipa kapiler, saat penetesan noda sampel, fasa diam berada dalam
posisi mendatar dan noda dibiarkan mengering terlebih dahulu sebelum
dimasukan kedalam beaker glass.
Penetesan noda yang terlalu banyak
harus dihindari, karena kelebihan setiap komponen akan menyebabkan tidak akan
tercapainya kesetimbangan partisi selama ia bergerak, hingga ia akan
mengakibatkan terjadinya kedudukan atau lokasi yang kabur.
Setelah
noda sampel mengering, kertas dimasukan ke dalam beaker glass sudah jenuh
dengan fasa gerak (pelarut), kertas saring berisi noda yang sudah kering
tersebut diposisikan tegak berdiri dan bagian bawahnya terbenam dalam pelarut.
Metoda yang dipakai dalam kromatografi kertas ini adalah metoda penaikan, yaitu
kertas dicelupkan hingga ujung di mana aliran mulai bergerak terletak sedikit
di atas permukaan dari pelarut dan pelarut naik melalui serat-serat dari kertas
oleh gaya kapiler.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pada percobaan kali ini dapat
disimpulkan, bahwa Kromatografi kertas merupakan salah satu teknik
pemisahan komponen dalam sampel, di mana komponen tersebut didistribusikan di
antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Asas pada kromatografi kertas
ini adalah asas partisi yaitu memakai fasa diam cair dan fasa gerak
cair.
Dari
praktikum kali ini dipatkan hasil perhitungan Rf pada noda kuning yaitu pada kertas yang saring pertama yaitu 0.571 cm, kertas
saring kedua 0.488 cm, kertas saring ketiga 0.548 cm.
5.2 LAMPIRAN
A. Perhitungan-perhitungan
Rf
Curcumin =
Jarak tempuh Curcumin dari tempat penetesan
Jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan
Jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan
- Perhitungan Faktor Retardasi ( Rf )
1.
Rf = 4.8 / 8.4 =
0.571cm
2.
Rf = 4.1 / 8.4 =
0.488 cm
3.
Rf = 4.6 / 8.4 =
0.548 cm
B. Foto hasil praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Rahmania,
Inti S.Si .2008. Modul Praktikum Kimia Analitik. Universitas Al-Ghifari. Bandung.
Underwood
A.L dan R.A Day, Jr. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
2010.
Hidayat,
Nur dan Anis Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Trubus
Agrisarana
Khopkar
S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 2010.
Handayana,
Sumar. Kimia Pemisahan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar